Minggu pagi sebelum ke pasar tradisional untuk membelikan makanan buat ayam-ayam sekalian klinong-klinong boncengan motor berdua pacarku, kami dihadang oleh satpam RT. Ternyata dia minta sumbangan untuk acara menyambut 1 Muharam dan berpesan padaku agar mau menyiapkan pakaian bekas keluargaku.
"Kalau sudah dipak panggil saya aja Bu, nanti saya ambil." begitu katanya.
Sebenarnya aku tidak terbiasa memberikan baju bekas kami ke orang lain. Nggak enak rasanya memberi pakaian bekas kami. Pakaian kami bukanlah pakaian bagus, branded, atau berharga mahal. Tentunya bekasnya juga tidak bagus. Kami terbiasa membeli apa-apa sesuai keperluan. Bukan karena merk, gengsi, atau karena sedang tren. Jadi, mahal atau murah juga sesuai keperluan dan sesuai kantong kami tentunya. Meski demikian tidak jarang orang minta pakaian bekas anak-anakku untuk anak-anak mereka. Yah, masuk akal karena anak-anakku memang tumbuh agak cepat sehingga pakaian cepat sempit sebelum terlalu lusuh. Jika demikian, barulah aku berikan pakaian bekas kami. Karena diminta.
Mulailah aku dan Princess si perangkoku berburu pakaian bekas. Kamar demi kamar kami masuki, bergerilya mencari pakaian yang sudah sempit namun masih sering dipaksain untuk dipakai jika mereka suka dan pakaian yang jarang dipakai hingga akhirnya sempit meski masih kelihatan baru. Hmm......ternyata lumayan juga. Kardus bekas air mineral tidak bisa menampungnya. Ok, aku masih punya kardus lain di gudang. Hunting berlanjut.....
Sampai di kamarku, aku bongkar lemari pacarku. Alhamdulillah......aku menemukan beberapa celana panjang, kemeja, dan kaos-kaos yang kalau dia pakai sudah seperti lepet. Hahaha..........memang rupanya pacarku sudah lumayan besar. Aku nggak akan bilang gendut lho, katanya sih jangan singgung masalah berat badan laki-laki dewasa karena itu sensitif sebagaimana jika menyinggung usia perempuan dewasa.
Selesai ngobrak-abrik lemari pacarku, aku beralih ke lemariku.
"Mama..........ngapain ke situ?" tanya Princessku setengah melarang.
"Ya cari baju mama lah cantik. Emang kenapa nggak boleh?" jawabku heran, kenapa dia ngelarangku ya.
"Ya bukan gitu Ma, kalau baju adek, mas-mas, papa kan pasti ada yang sudah kesempitan. Kalau baju mama nggak akan ada. Suer! Adek jamin." katanya serius namun tetep aja lucu.
"Kenapa adek bilang gitu?" tanyaku penasaran.
"Ya kan Mama kan nggak tambah gede kayak kami. Mama nggak tumbuh, nggak tambah gede, nggak tambah tinggi, nggak tambah gendut juga, keciiiil terus. Makanya Mama makan yang banyak, yang bergizi, minum susu, trus bobok yang cukup supaya tumbuh besar, biar nanti pakaiannya ada yang sempit. Kan saat kita bobok itu kita tumbuh." jawabnya kalem persis seperti jika aku menasihatinya saat dia susah makan, susah tidur, yang membuatku pengin gubrrraaaagggggg!!!!!!!!!!!
Dasar copycat!
"Kalau sudah dipak panggil saya aja Bu, nanti saya ambil." begitu katanya.
Sebenarnya aku tidak terbiasa memberikan baju bekas kami ke orang lain. Nggak enak rasanya memberi pakaian bekas kami. Pakaian kami bukanlah pakaian bagus, branded, atau berharga mahal. Tentunya bekasnya juga tidak bagus. Kami terbiasa membeli apa-apa sesuai keperluan. Bukan karena merk, gengsi, atau karena sedang tren. Jadi, mahal atau murah juga sesuai keperluan dan sesuai kantong kami tentunya. Meski demikian tidak jarang orang minta pakaian bekas anak-anakku untuk anak-anak mereka. Yah, masuk akal karena anak-anakku memang tumbuh agak cepat sehingga pakaian cepat sempit sebelum terlalu lusuh. Jika demikian, barulah aku berikan pakaian bekas kami. Karena diminta.
Mulailah aku dan Princess si perangkoku berburu pakaian bekas. Kamar demi kamar kami masuki, bergerilya mencari pakaian yang sudah sempit namun masih sering dipaksain untuk dipakai jika mereka suka dan pakaian yang jarang dipakai hingga akhirnya sempit meski masih kelihatan baru. Hmm......ternyata lumayan juga. Kardus bekas air mineral tidak bisa menampungnya. Ok, aku masih punya kardus lain di gudang. Hunting berlanjut.....
Sampai di kamarku, aku bongkar lemari pacarku. Alhamdulillah......aku menemukan beberapa celana panjang, kemeja, dan kaos-kaos yang kalau dia pakai sudah seperti lepet. Hahaha..........memang rupanya pacarku sudah lumayan besar. Aku nggak akan bilang gendut lho, katanya sih jangan singgung masalah berat badan laki-laki dewasa karena itu sensitif sebagaimana jika menyinggung usia perempuan dewasa.
Selesai ngobrak-abrik lemari pacarku, aku beralih ke lemariku.
"Mama..........ngapain ke situ?" tanya Princessku setengah melarang.
"Ya cari baju mama lah cantik. Emang kenapa nggak boleh?" jawabku heran, kenapa dia ngelarangku ya.
"Ya bukan gitu Ma, kalau baju adek, mas-mas, papa kan pasti ada yang sudah kesempitan. Kalau baju mama nggak akan ada. Suer! Adek jamin." katanya serius namun tetep aja lucu.
"Kenapa adek bilang gitu?" tanyaku penasaran.
"Ya kan Mama kan nggak tambah gede kayak kami. Mama nggak tumbuh, nggak tambah gede, nggak tambah tinggi, nggak tambah gendut juga, keciiiil terus. Makanya Mama makan yang banyak, yang bergizi, minum susu, trus bobok yang cukup supaya tumbuh besar, biar nanti pakaiannya ada yang sempit. Kan saat kita bobok itu kita tumbuh." jawabnya kalem persis seperti jika aku menasihatinya saat dia susah makan, susah tidur, yang membuatku pengin gubrrraaaagggggg!!!!!!!!!!!
Dasar copycat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar