Halaman

Senin, 08 Agustus 2011

Buka Puasa Bersama?

Setiap bulan Ramadhan wacana Buka Puasa Bersama merebak di mana-mana; di kantor-kantor, organisasi-organisasi, sekolah-sekolah, keluarga besar, lingkungan RT RW, yayasan-yayasan anak yatim, bahkan komunitas-komunitas dan teman-teman lama sehingga menjadi semacam reuni.

Bukan hal buruk kegiatan berbuka puasa bersama. Bisa menjadi hal bagus jika memang niat dan tujuannya menjalin silaturrahim, pelaksanaannya santun, dan tentu saja dilakukan tanpa meninggalkan hal lain yang lebih penting dan utama. Apalagi berbuka bersama anak-anak yatim, menghibur anak-anak yatim tentu hal yang sangat baik dan mulia.

Namun seringkali orang lupa dan melakukan hal-hal baik tetapi dengan kurang memperhatikan bahwa ada hal lain yang lebih utama yang seharusnya dilakukan. Misalnya saja para pekerja kantoran di Jakarta yang notabene setiap hari Senin sampai dengan Jum'at pergi pagi buta sampai rumah lagi sudah malam menjelang, belum lagi ditambah 'gaul' after office hour yang mereka lakukan, tentu sangat jarang bisa berbuka puasa bersama anak-anak mereka sendiri. Apa iya mereka justru meluangkan waktu untuk berbuka bersama teman-temannya atau anak-anak yatim?

Belum lagi buka puasa bersama yang mereka lakukan begitu banyak, sehingga waktu sebulan habis untuk itu. Anak-anak mereka selalu berbuka puasa bersama pembantu, baby sitter, sopir, atau mereka terpaksa juga berbuka puasa sendiri-sendiri dengan teman-teman mereka yang sama-sama ditinggal orangtua mereka yang sebenarnya belum meninggal.

Dan heiiii.............bisa jadi mereka malah TIDAK PERNAH disempatkan berbuka bersama suami/istri dan anak-anak mereka meski sekali saja di bulan Ramadhan, namun sering berbuka bersama dengan teman-teman mereka, komunitas mereka yang sebenarnya hampir setiap hari mereka bertemu, juga disempat-sempatkan berbuka puasa bersama anak yatim.

WOW!!!???

Mumpung masih ada Ramadhan tahun ini, yuks tata kembali skala prioritas dimulai dengan memprioritaskan berbuka bersama keluarga tercinta, mari kita susun keluarga sebagai batu bata dari bangunan negara ini, sehingga negara kita yang rasanya nyaris rubuh ini bisa tegak kokoh kembali menyongsong jaman, sehingga anak cucu kita nanti nyaman aman tinggal di negeri indah mereka sendiri dengan damai.

Tidak ada komentar: