Halaman

Rabu, 27 Juli 2011

Kaki-kaki mungil itu...........

Hari ini aku cuti dari segala aktifitas ke luar rumah, karena skitku kambuh. Alhamdulillah sejak bisa teraphy sendiri jika kambuh begini aku tidak sampai tidak bisa berjalan seperti dulu. Hanya sakit sekali dan gerak terbatas.


Ting tung............
Meski tertatih aku segera ke depan, karena biasanya tukang sayur, tukang krupuk, tukang ayam, atau tukang-tukang langganaku lain datang menawarkan dagangan mereka. Sakitku ini karena pernah salah cara mengangkat bayiku dulu sehingga ada saraf tulang belakangku yang terjepit, Pff..........memang terkadang masih 'kumat' terutama jika aku terlalu banyak aktifitas fisik berat. Dan itu pertanda aku harus teraphy, aku memilih melakukannya sendiri dengan menyiapkan sarananya daripada seperti dulu harus setiap hari teraphy ke RS khusus tulang di daerah Pasar Minggu.

Betul juga. Abang tukang sayur sudah menungguku di gerbang pager. Yaaah...........sayurannya sudah bersih gitu! Alhamdulillah tapi berarti dagangan dia laku keras hari ini. Supaya aku tetap bisa berbagi rejeki dengan memberinya sedikit keuntungan, aku memutuskan membeli ikan fillet kesukaan berlian2ku meski aku sudah punya lauk hari ini. Hm......sore2 nanti digoreng pakai tepung tentu tetap akan ludes oleh mulut-mulut mungil mereka.

Sambil nungguin si abang sayur memotong ikan sesuai keinginanku, aku lihat hasil karya tukang lain yang sedang merapikan rumput di pinggir jalan depan rumahku, duuuh.......... mataku terpaku dengan seorang ibu yang menggotong karung besar di ujung jalan. Badannya kurus, namun lincah sekali mengambil berbagai plastik yang dia temui untuk segera dilemparnya ke karung di punggungnya. Dua anak kecil berjalan di kanan kirinya. Satu yang agak besar laki-laki dan yang kecil perempuan. Usia mereka sekitar 7 dan 5 tahun namun dengan badan yang lebih kecil dari anak seumurnya. Matahari sedang cukup terik, anak-anak itu berjalan telanjang kaki dan tanpa tutup kepala sama sekali. Kaki-kaki mungil itu tidak terlihat kepanasan sama sekali padahal aku saja berusaha berlindung di bayang-bayabg daun manggaku. Mau pakai kacamata hitam......ntar sayurannya gelap?

Aku tercekat saat aku melihat ibu itu mengambil gelas bekas minuman kemasan yang masih ada isinya sedikit. Gelas itu dia angsurkan ke anaknya yang kecil dan.......tanpa ba bi bu langsung diminum oleh anak itu. Masya Allah..... itu gelas sudah entah bekas siapa dan kapan dibuangnya, isinya tinggal seperempatnya, sudah dibuang pula yang berarti sudah berbagai kotoran bergabung di airnya, diminum oleh seorang balita kurus itu dengan lahap. Laparkah dia? Hauskah? Berbagai pikiran keprihatinan berseliweran di kepalaku sambil berurai air mataku.

Segera aku panggil ibu itu, lalu aku bergegas masuk ke rumah. Sedapatnya aku ambil makanan yang ada dan aku masukkan ke kotak bekal yang biasa dipakai princessku gonta ganti untuk membawa makanan ke sekolah. 'Mama minta satu untuk temanmu ya nak.' begitu aku tersenyum kecut merencanakan jawaban jika Princess menanyakan salah satu kotak makanan miliknya. Aku yakin dia akan tersenyum ikhlas mengiyakan karena dia anak baik. Jika aku ceritakan kejadian ini biasanya dia akan memelukku erat sambil matanya sedikit berkaca2. Tak lupa aku ambil baju-baju Princess yang nyaris gak muat (karena badan anak itu jauh lebih kecil dari Princessku) namun masih cukup layak pakai untuk aku kasih ke mereka. Aku masukkan semua itu ke salah satu tas mungil koleksi Princessku dengan sedikit mainan yang aku pikir bisa dijadikan mainan oleh anak-anak itu. Bagaimanapun keadaannya, anak-anak pasti suka dan perlu bermain, bukan?

Setelah membersihkan airmata yang sedari tadi membanjiri mukaku, aku ke luar rumah dan memberikan semua itu ke tangan mungil itu. Kecil sekali tangannya dengan kulit yang tidak terawat, bintik kecil sana sini. Aku berusaha tersenyum semanis mungkin berharap senyumku bisa sedikit membuat anak-anak kecil itu senang. Hahaha.......... padahal senyumku belum tentu manis yak?!

"Haii........ini dimakan ya....... yang rukun, kakak sayang adek, adek sayang kakak, kalian jangan rewel ya, nanti ibunya repot. Jalannya hati2, pilih jalan yang tidak panas, yang tidak ada tajam2nya." Bla.........bla....... entah aku ngomong apa lagi sampai tukang sayur bilang; "Bu, mereka sudah jalan jauh kok. Ibu selalu nggak tegaan gitu ya. Makanya rejeki ibu bagus. Allah sayang sama ibu sekeluarga."

Amiiin.........makasih bang.

Segera aku bayar ikanku sambil tetap (hanya baru bisa sebatas) prihatin dengan kenyataan hidup yang masih selalu aku temui di negaraku tercinta yang sebagian dari para penyelenggara negaranya ongkang-ongkang menilep uang negara milyaran yang berarti uangnya anak-anak kecil kurus tadi. How come???!!!!

Tidak ada komentar: