For knowledge is limited, whereas imagination embraces the entire world, stimulating progress, giving birth to evolution”. (EINSTEIN 1879-1955)
Imajinasi lebih penting dari Pengetahuan. Karena pengetahuan itu terbatas, sedangkan imajinasi merangkul seluruh dunia, mendorong perubahan, dan melahirkan kemajuan manusia.
“The true sign of intelligence is not knowledge, but imagination.”
"Logic will get you from A to B. Imagination, will take you everywhere".
Imajinasi, khayalan, mimpi, kenapa harus dibatasi? Tidak!! Aku tidak akan pernah membatasi mimpiku, juga mimpi anak-anakku, mimpi berlian-berlianNya. Jika Napoleon bisa menjadi jenderal besar, menguasai Perancis di usia 30 tahun, kenapa tidak mungkin jika aku inginkan hal yang bagi orang lain dianggap mustahil?
Orang-orang mencibirku jika aku bicara tentang;
"Anak tidak lulus ujian itu gakpapa. Itu pembelajaran hidup bagi mereka, bahwa gagal itu memang ada dalam kehidupan. Mereka hanya perlu bangkit dan berusaha lagi."
"Yang terpenting bukan nilai akademis anak bagus, namun anak mempunyai nilai, pribadi, karakter, itulah yang sangat penting bagi mereka hingga kapanpun."
"Yuks kita bina anak-anak generasi penerus untuk Indonesia jaya. Bukan sekedar untuk masa depan (nafkah) mereka."
Ya, mereka tidak setuju dengan prinsipku itu. Mereka lebih memilih seperti kebanyakan orangtua sekarang yang berlomba-lomba anaknya les ini itu, sekolah favorit agar anak-anak mereka nilai akademisnya selangit, selalu lulus ujian sekolah, dan anak dididik agar nantinya bisa bekerja, hebat dalam karir, dan banyak menghasilkan uang untuk kehidupannya. mereka tidak mengutamakan pembentukan pribadi dan karakter anak. Mereka tidak memikirkan bagaimana keadaan bangsa ini di masa depan.
Hahaha...........aku teringat kata-kata Pak Mario Teguh yang kurang lebih; "Ibu yang ambisi ingin anaknya juara biasanya dulu ibunya gak pernah juara." Betul kali ya Pak Mario. Aku dulu SELALU juara umum bahkan sampai juara tingkat propinsi. Dan aku tidak pernah menuntut atau ambisi agar anak-anakku juara. Bagiku, juara itu biasa saja, gak ada yang hebat atau istimewa. Juara hanya dikarenakan nilaiku bagus, paling bagus, dan nilaiku bagus karena aku bisa mengerjakan soal, lalu aku bisa mengerjakan soal karena aku paham, dan yang utama adalah aku paham karena aku mempelajarinya. Tahu gak kenapa aku pelajari hingga aku paham dan bisa? KARENA AKU MALAS!!
Heiiiiiiiii...........jadi aku juara karena aku malas, namun aku gengsi jika harus mempunyai nilai jelek. Makanya aku pelajari mati-matian supaya aku paham dan bisa tanpa aku harus belajar lagi, dan aku bisa santai-santai bermain melakukan apa yang aku suka.............. membaca buku tentang orang-orang hebat. Manjat pohon talok. Dan bermain. Hehehe............
Kembali ke mimpiku. Aku bukan ingin anak-anakku sekedar bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan bagus. Jadi.........aku didik anak-anak, sekolahkan mereka, buka semua kesempatan mereka untuk berkembang, maju, melesat, untuk tugas mulia yang Allah berikan pada manusia, khalifah di muka bumi.
Aku ingin anak-anakku, berlian-berlianNya, mewarnai dunia, merubah dunia, membawa kebaikan, kedamaian, kesejahteraan, indah berkilau menerangi sekitarnya, menerangi dunia akhirat.
Ada yang mau ikut?? Ayo............bareng-bareng kita didik anak-anak kita. Kita berjalan bersama bahkan berlari bersama demi mimpi kita.
Tidak mau? Ya gakpapa, tapi jangan halangi langkahku, jangan ganggu aku, jangan rusak usahaku. Karena nantinya anak-anakmu pun akan memerlukan terangnya kilau berlianku, untuk membantu anakmu melihat, melangkah, berbuat, bekerja, bahkan mungkin untuk sekedar hidup.
Orang-orang mencibirku jika aku bicara tentang;
"Anak tidak lulus ujian itu gakpapa. Itu pembelajaran hidup bagi mereka, bahwa gagal itu memang ada dalam kehidupan. Mereka hanya perlu bangkit dan berusaha lagi."
"Yang terpenting bukan nilai akademis anak bagus, namun anak mempunyai nilai, pribadi, karakter, itulah yang sangat penting bagi mereka hingga kapanpun."
"Yuks kita bina anak-anak generasi penerus untuk Indonesia jaya. Bukan sekedar untuk masa depan (nafkah) mereka."
Ya, mereka tidak setuju dengan prinsipku itu. Mereka lebih memilih seperti kebanyakan orangtua sekarang yang berlomba-lomba anaknya les ini itu, sekolah favorit agar anak-anak mereka nilai akademisnya selangit, selalu lulus ujian sekolah, dan anak dididik agar nantinya bisa bekerja, hebat dalam karir, dan banyak menghasilkan uang untuk kehidupannya. mereka tidak mengutamakan pembentukan pribadi dan karakter anak. Mereka tidak memikirkan bagaimana keadaan bangsa ini di masa depan.
Hahaha...........aku teringat kata-kata Pak Mario Teguh yang kurang lebih; "Ibu yang ambisi ingin anaknya juara biasanya dulu ibunya gak pernah juara." Betul kali ya Pak Mario. Aku dulu SELALU juara umum bahkan sampai juara tingkat propinsi. Dan aku tidak pernah menuntut atau ambisi agar anak-anakku juara. Bagiku, juara itu biasa saja, gak ada yang hebat atau istimewa. Juara hanya dikarenakan nilaiku bagus, paling bagus, dan nilaiku bagus karena aku bisa mengerjakan soal, lalu aku bisa mengerjakan soal karena aku paham, dan yang utama adalah aku paham karena aku mempelajarinya. Tahu gak kenapa aku pelajari hingga aku paham dan bisa? KARENA AKU MALAS!!
Heiiiiiiiii...........jadi aku juara karena aku malas, namun aku gengsi jika harus mempunyai nilai jelek. Makanya aku pelajari mati-matian supaya aku paham dan bisa tanpa aku harus belajar lagi, dan aku bisa santai-santai bermain melakukan apa yang aku suka.............. membaca buku tentang orang-orang hebat. Manjat pohon talok. Dan bermain. Hehehe............
Kembali ke mimpiku. Aku bukan ingin anak-anakku sekedar bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan bagus. Jadi.........aku didik anak-anak, sekolahkan mereka, buka semua kesempatan mereka untuk berkembang, maju, melesat, untuk tugas mulia yang Allah berikan pada manusia, khalifah di muka bumi.
Aku ingin anak-anakku, berlian-berlianNya, mewarnai dunia, merubah dunia, membawa kebaikan, kedamaian, kesejahteraan, indah berkilau menerangi sekitarnya, menerangi dunia akhirat.
Ada yang mau ikut?? Ayo............bareng-bareng kita didik anak-anak kita. Kita berjalan bersama bahkan berlari bersama demi mimpi kita.
Tidak mau? Ya gakpapa, tapi jangan halangi langkahku, jangan ganggu aku, jangan rusak usahaku. Karena nantinya anak-anakmu pun akan memerlukan terangnya kilau berlianku, untuk membantu anakmu melihat, melangkah, berbuat, bekerja, bahkan mungkin untuk sekedar hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar