Halaman

Selasa, 29 Desember 2009

HARI IBU

22 Desember 2009.

Baru hari ini aku bisa menulis tentang hari ibu. Terus terang aku bingung mau menulis apa di saat hari ibu lalu. Karena aku seorang ibu. Bagiku, setiap hari adalah hari ibu. Karena setiap hari aku menjalani hariku sebagai seorang ibu, seorang pencetak generasi, seorang arsitek sekaligus pelaksana proyek masa depan sebuah bangsa.

Hari ibu, yang sekarang ini banyak dimaknai dengan sangat dangkal, dengan 'memanjakan' setiap ibu baik itu dengan hadiah ataupun 'pelayanan' bagaikan ratu. Sungguh, bagiku hari ibu tidaklah sekedar seperti itu. Aku sangat ingin hari ibu menjadi tonggak sejarah kembalinya penghargaan yang layak bagi profesi IBU, sebagai pencetak generasi, penentu masa depan bangsa.

Aku miris dan sedih dengan keadaan sekarang ini.
Di satu sisi, perempuan yang notabene adalah seorang ibu maupun calon ibu 'seolah' sudah sangat hebat karena mereka sudah bisa berkiprah bersama kaum laki-laki di ranah 'luar rumah', sebagai pegawai maupun profesional, yang intinya ikut dalam kancah berkarya, eksistensi diri, dan menghasilkan uang. Dan untuk itu, kaum ibu harus mengesampingkan tugas mulia, amanah terhormat, eksistensi tiada akhir, dan profesi dengan bayaran tertinggi sebagai pencetak generasi.
Di sisi lain, profesi dan tugas mulia ini sudah mengalami degradasi yang sangat tajam, seolah untuk melakukan penyiapan generasi ini hanyalah tugas remeh, mudah, dan gampang sehingga bisa dilakukan hanya dengan sisa waktu, tenaga, pikiran, dan perasaan seorang ibu saja setelah mereka melaksanakan tugas yang mereka utamakan (terbukti dengan keseriusan mereka meraih dan mempertahankannya) bekerja, berkarir, sementara untuk penyiapan generasi mereka serahkan kepada pembantu, baby sitter, TV, dan guru di sekolah. Selebihnya.......... hanya sisa-sisa yang mereka berikan untuk tugas penyiapan generasi.

Salahkah mereka? Hmm.......... kasihan kalau harus disalahkan. Karena kondisinya seolah memaksa mereka melakukan hal itu. Masyarakat menganut paham yang berbeda dengan yang aku yakini dan lakukan. Bahkan kaum laki-laki, suami mereka sendiri, tidak menghargai apalagi memfasilitasi peran mulia istrinya sebagai pencetak generasi, penentu masa depan bangsa. Bahkan mereka, para suami, masih banyak yang membuat istrinya merasa 'tidak aman' sehingga mereka merasa harus mempunyai 'pegangan' kalau-kalau terjadi sesuatu yang membuat mereka harus mandiri secara ekonomi. Pergaulan yang serba permissiv, nilai-nilai yang tidak lagi mengacu kepada kebenaran hakiki, serta sosial masyarakat yang tidak lagi peduli dengan kesantunan moral yang tinggi, membuat kondisi semakin rumit.

Lebih parah lagi.................. kami, kaum wanita, para ibu, pencetak generasi, penentu masa depan bangsa ini, dituntut untuk menjadi 'wonder woman' bisa berperan ganda, bisa hebat menjadi ibu pencetak generasi sekaligus berkarir sebagai pegawai. Astaghfirullaah............... dzalim sekali mereka itu. Tugas sebagai ibu saja sudah sangat berat dan kompleks. Sungguh tidak mungkin peran ganda sanggup dilakukan dengan 'gemilang'. Dan biasanya yg 'dianggap' gemilang hanyalah seorang wanita yang karirnya sebagai pegawai hebat, dan anak-anaknya berprestasi. Masya Allah............. cukupkah anak-anak berprestasi sebagai tolok ukur? Sedangkal itukah cara berfikir kita?

Hhhh................. bagiku, ibu haruslah dikembalikan pada peran utamanya, peran mulia, peran hebatnya, sebagai ibu, sebagai pencetak generasi, sebagai penentu masa depan bangsa, sebagai tiang agama dan bangsa. Seiring dengan itu, penghargaan, cinta, dan segenap rasa 'aman' dan nyaman haruslah diberikan oleh para suami, agar seorang ibu bisa dengan penuh dedikasi berbahagia melakukan tugas mulianya menyiapkan masa depan bangsa ini.

Semoga suatu hari nanti hari ibu benar-benar pantas disebut sebagai hari ibu.
Semoga suatu hari nanti semua ibu bangga dengan tugas mulia dan penuh semangat dedikasi tinggi menyiapkan masa depan bangsa ini, sehingga kejayaan bangsa segera tercapai.
Semoga suatu hari nanti ........... semua ibu, calon ibu, perempuan benar-benar "BERDAYA".

Selamat hari ibu......................

Tidak ada komentar: