Banyaknya waktu yang dihabiskan bayi dan anak-anak untuk bermain bukan berarti waktu tersebut terbuang sia-sia ataupun hanya bersifat menyegarkan mereka. Bermain bisa saja menyenangkan tetapi juga merupakan hal serius dalam dunia anak-anak. Dalam waktu bermain tersebut, seorang anak secara terus-menerus mengembangkan kemampuannya dalam menghadapi lingkungannya.
Seorang anak yang lahir ke dunia ini adalah seperti spons – penuh dengan hasrat untuk menyerap, menjelajah dan mencari tahu lebih banyak tentang dunia tempat ia dilahirkan.Bermain adalah sebuah eksplorasi dan proses menemukan, yang merupakan bagian terbesar dari bermain. Bermain hanya berhenti saat ia tertidur. Singkatnya, BERMAIN ADALAH PEKERJAAN ANAK-ANAK.
Seperti orang dewasa yang belajar memecahkan masalah di tempat kerja untuk menyelesaikan pekerjaannya, dalam skala yang lebih kecil, melalui bermain seorang anak mempelajari ketrampilan-ketrampilan yang diperlukannya untuk menjadi bagian dari lingkungan barunya.
Bermain mempengaruhi pertumbuhan fisik, mental, sosial, psikologis, emosional, dan linguistik seorang anak.Perkembangan Fisik
Saat seorang anak merangkak, mengangkat diri untuk berdiri, berjalan dan berlari, ia merasakan pergerakan. Gerakan ini akan memfasilitasi perkembangan koordinasi fisik yang lebih rumit seperti kemampuan untuk menggunakan kedua tangan untuk aktivitas tertentu, misalnya berlari. Oleh karena itu, seorang anak perlu mengkoordinasikan gerakan mengayun antara tangan dan kaki.
Sejak bulan ketiga dari kehidupan seorang anak, ia sudah memulai gerakan-gerakan dari bahu dan siku. Akan tetapi, pada fase awal ini, gerakan tersebut hanya terbatas pada ayunan atau pukulan yang kurang akurat. Ketika bayi bermain dengan mainan yang lebih kecil dan kompleks, ia akan mulai mengembangkan fungsi-fungsi tangannya.
Bermain juga mengembangkan otot-otot dan kekuatan lengan dan tungkai bagian atas dan bawah.
Perkembangan MentalKetika bermain dengan imajinasi, seorang anak bisa berpura-pura menjadi perawat, dokter atau pemadam kebakaran. Ia juga mungkin berpura-pura memasak, menjahit, atau pesta teh dengan teman-temannya. Bermain dengan imajinasi seperti ini menstimulasi pikiran seorang anak. Hal ini akan membantu mempersiapkannya untuk situasi pembelajaran yang lebih kompleks saat dia sudah besar.
Ketika anak-anak bermain satu sama lain, mereka mengembangkan ide-ide mengenai dunia di sekitar mereka. Mereka akan belajar bahwa ada aturan-aturan yang harus mereka patuhi. Aturan-aturan ini mencakup sosialisasi seperti bergiliran saat bermain perosotan, berteman, memberi dan menerima, berbagi, atau menjadi anak yang ramah.
Walaupun pada awalnya, seorang anak akan tampak egosentris dan hanya mementingkan dirinya sendiri, ia akan berkembang dengan adanya panduan orang dewasa, biasanya orang tuanya.
Seorang anak akan merasa yakin pada dirinya sendiri dan menjadi percaya diri saat ia bermain dan merasa senang dan berhasil pada prosesnya. Kepercayaan diri mendorong eksplorasi lebih jauh dan mendorong anak untuk melakukan aktivitas-aktivitas lain yang lebih menantang. Peningkatan kepercayaan diri akan membantunya mengatasi tantangan saat ia lebih besar nanti. Proses mengatasi tantangan ini nantinya akan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan lain.
Perkembangan EmosionalMembentuk ikatan dengan orang tua adalah bagian pertama dari perkembangan emosional seorang anak. Tidak ada pengganti untuk tahap perkembangan ini. Orang tua harus terlibat sebanyak-banyaknya ketika bermain. Hal ini akan memberikan seorang anak rasa aman pada lingkungan barunya. Dengan perasaan yang aman ini, seorang anak akan lebih mau keluar menjelajahi di dunia dengan keyakinan bahwa akan selalu ada seseorang untuk bergantung jika keadaan berubah menjadi tidak enak.
Perkembangan BahasaBahasa adalah sebuah alat untuk menerjemahkan makna, pemikiran dan perasaan kita. Perkembangan bahasa dimulai sejak hari pertama lahir. Usaha pertama untuk berkomunikasi biasanya sederhana dan berulang. Ketika seorang anak berkembang secara fisik, kebutuhan berbahasa juga turut meningkat. Anak-anak memerlukan kata-kata dan bahasa tubuh untuk mengekspresikan ide dan belajar memecahkan masalah ketika mereka menghadapi pengalaman dan sensasi baru. Bahasa adalah sebuah bagian dari bermain yang unik dan menyenangkan dan membedakan manusia sebagai makhluk berpikir, dibandingkan dengan binatang.
Persyaratan awal untuk perkembangan bahasa dapat dipenuhi melalui bermain. Ada berbagai peluang untuk mendorong terjadinya hal-hal di bawah ini melalui bermain:
Kontak mata
Kemampuan mendengarkanKontak mata
Memperhatikan
Belajar untuk bergiliran
Kemampuan berinteraksi sosial
Memberi label pada benda-benda sangat berguna untuk memperkenalkan kata-kata baru kepada anak karena akan menambah kosakatanya. Makna dari kata dapat lebih lanjut ditanamkan dengan mendorong anak untuk memegang benda tersebut.
Mempelajari Konsep LainBermain juga membantu anak mempelajari dan memahami konsep-konsep dasar seperti angka, warna, dan posisi spasial (kanan/kiri dan di dalam/di luar)
Perkembangan konsep seperti ini adalah awal yang sangat penting dalam perkembangan seorang anak karena akan mengajarkan: Interaksi antar benda – bagaimana sebuah benda berhubungan dengan lainnya. Contohnya panci dan kompor, garpu dan sendok, bola dan pemukul. Interaksi dengan materi – misalnya air mendidih itu panas, es itu dingin, pakaian itu lembut. Hal ini membantu seorang anak untuk mengidentifikasikan dirinya dengan tindakan dan ide-idenya.
Misalnya, jika seorang anak tidak suka dengan rasa panas, ia mungkin tidak akan mau membawa sebuah ceret. Ia akan menjadi lebih sadar tentang apa yang mampu ia lakukan dan mengajarkannya bahwa ia mampu untuk melakukannya kembali. Memahami hubungan sebab dan akibat. Misalnya, “Jika saya menyentuh air mendidih, saya akan terbakar.” Inilah dasar dari pemecahan masalah. Dengan memecahkan masalah dan mengalami dan mempelajari aturan mengenai sifat dasar benda-benda, seorang anak belajar untuk mematuhi aturan keselamatan.
Informasi ini dipersembahkan oleh KK Hospital – Rumah Sakit Ibu dan Anak di Singapura. Kunjungi "http://www.kkh.com.sg/">www.kkh.com.sg untuk informasi lebih lanjut.
Misalnya, jika seorang anak tidak suka dengan rasa panas, ia mungkin tidak akan mau membawa sebuah ceret. Ia akan menjadi lebih sadar tentang apa yang mampu ia lakukan dan mengajarkannya bahwa ia mampu untuk melakukannya kembali. Memahami hubungan sebab dan akibat. Misalnya, “Jika saya menyentuh air mendidih, saya akan terbakar.” Inilah dasar dari pemecahan masalah. Dengan memecahkan masalah dan mengalami dan mempelajari aturan mengenai sifat dasar benda-benda, seorang anak belajar untuk mematuhi aturan keselamatan.
2 komentar:
namanya juga anak-anak pasti dalam pikirannya bermaen dan bermaen
Iya betul mas Eko... makanya sebisa mungkin kita melalui pendekatan bermain jika ingin anak memahami dan melakukan sesuatu.
Posting Komentar