Suatu hari aku nonton film kartun di TV berdua princessku, Ninja Hatori. Di cerita itu Kenichi, anak kecil teman Ninja Hatori berusaha menyembunyikan hasil ulangannya dari ibunya karena dia memperoleh nilai 20. Hahaha......gak tahunya kertas itu terbang, terbawa angin yang lalu nempel di truk, lalu sepeda, berbagai cara dia lakukan untuk mendapatkannya yang akhirnya minta bantuan Hatori. Tentu saja berhasil, namun Hatori justru menyerahkan kertas hasil ulangan langsung ke ibu Kenichi, hal yang paling ditakutinya karena akan kena marah. "Kenichiiiiii....................." teriakan nyaring ibu yang marah membuat Kenichi blingsatan.
"Untung aja mama gak seperti ibunya Kenichi ya, kalau anaknya dapat nilai jelek mama tetep senyum (tapi gak manis) lalu dipeluk dan diajari." pernyataan Princess yang membuatku terbaaaaaaaaaang......................
Beberapa hari ini si cantik ngeluh, I do not like math! Katanya berapi2 saat ketemu jadwal harian belajar matematika. Hahaha......ekspresif sekali dia mengutarakan ketidak sukaannya itu. Ya, dia memang biasa ceplas ceplos tanpa ragu mengutarakan kata hatinya padaku. Hmm......kami pun harus memutar otak mencari cara agar si cantik tetap mau belajar matematika, karena bagaimanapun dia perlu itu untuk menjadi apapun. Apalagi dia ingin banget menjadi seorang dokter yang mempunyai RS besaaar!
Setiap hari dalam kejadian apapun kami akan mengingatkan dia, colek dia, dan menanyakan apakah ada unsur matematika dalam kejadian itu? Dan dengan senyum sebel dia bilang iya. Aaaaah........math is the mother of Ilmu, gimana donk ma......kalo adek gak suka? rajuknya manja seperti biasa. Hihihi.....padahal dulu maknyak hoby sama yang namanya matematika, bahkan makin sulit soal makin seru dan makin suka seolah sebuah teka teki yang membuatku penasaran. Saat nilai ujian masih demikian pelitnya hehe...setahuku dulu nilai ujian emang gak se jor-joran sekarang, untuk matematika aku dapat bulet tanpa salah, 10! Weiiish.....guayaa......pinterkah, gak sih karena sering ngerjain soal aja jadinya soal ujian serasa hiburan lepas senja. Sayangnya aku gak boleh ambil jurusan Matematika saat kuliah, mau jadi apaa, kata bapak ibu dan mas2ku. Ya sudah, karena aku suka juga kimia inti, maka Tehnik Nuklir pilihanku saat PMDK dan Farmasi pilihanku saat Sipenmaru yang mana dua2nya di UGM, meski ternyata dua2nya kutinggalkan demi takdir yang membawaku ke STAN karena sudah ada makhluk ganteng menungguku di sana.
Ups......kembali ke laptop!!
Sulit sekali membuat si cantik itu suka atau setidaknya mau belajar matematika sebagai penunjang nanti dia meraih cita-cita. Les?? Selama bukan dia yang minta aku tidak akan memberinya kewajiban itu, karena akulah penanggungjawab atas pendidikannya. Aku gak boleh nyerah dengan menyerahkannya ke orang lain. Iiiih.................sok bingitz deh simama. Kemarin, saat ayahnya mau jelasin tentang eksponensial ke masnya yang SMA, dan papa kesulitan karena emang beliau bukan penyuka matematika, maka dibukalah Khan Academy karena mama lagi capek bin males ngajari. Si cantik lucu pastinya ngrencokin mau tahu juga apa yang dilakukan mas n papanya. Yo wis mas pindah ke netbooknya dan laptop papa untuk buka early math buat princess.
Daaaan......................trataaaaa............princess sukaaaa bingitz, belajar math sama Oom Khan. Alhamdulillah pengantar yang English bukan halangan bagi dia memang. Sekarang dia suka math, tadi waktu mengerjakan pelajaran sesuai jadwal dia cepetin supaya bisa belajar math lagi sama Oom Khan. Dia gak peduli jadwal, setiap hari maunya buka math setelah ngerjain jadwalnya.
Alhamdulillah........akhirnya ketemu juga.
Saat anak melakukan sesuatu karena suka, tidak ada halangan yang tidak bisa dia singkirkan. Jadi, kenapa gak buat dia suka dulu, cari cara agar dia suka, jangan memilih memaksa, memotivasi dengan cara yang tidak menyenangkan baginya bukanlah pilihan bijak. Bersaing di masa depan? Aaah......sudahlah, jika dia tahu, mengerti bahwa hidup tidak selalu sesuai keinginannya yang menyenangkan, jika dia
tahu harus memilih apakah mau menikmati hidup, menikmati usaha, menikmati
setiap upaya, ataukah memilih menganggapnya sebagai beban, sebagai
persaingan berat, tentu dia akan pandai memilih yang sesuai passionnya,
dan dia akan menikmati hidup, menikmati usaha, menikmati setiap upaya, maka Insya Allah do'a kita sebagai orangtua akan membuatnya sanggup melewati semuanya.
Aaaaamiiiin................