Sebagai ketua ibu2 di lingkunganku adalah hal wajar jika aku sering
dijadikan jujugan. Eh....maksude tempat njujug, waduh apa ya bahasa
Indonesianya yg baik dan benar? tempat orang datang jika ada sesuatu yg
ingin dibicarakan. Anehnya, bahkan orang yg bukan bagian dari
kepemimpinanku (cieee......guaya men sih istilahnya?) pun datang ke aku.
Lho? Entahlah....tapi aku seneng2 aja kalo bisa bantu, setidaknya
menampung curhatan mereka. kebanyakan sih masalah sekolah anak. Eh
bapak2 juga ada yg datang lho kalo bingung tentang pendidikan anak2nya.
Hihihi.....pernah ada bapak2 yg awalnya ke rumahku marah2, nunjuk2 aku
dg hebohnya, gegara anaknya suka main ke rumahku, ee.....malah kemudian
anaknya hanya boleh main kalau ke rumahku. Dia juga rajin banget datang
ke aku utk konsultasi ttg anak2nya, termasuk saat anaknya harus ngisi
form undangan snmptn dia pasrah sama aku. Universitas mana, fakultas
apa, jurusan apa. Juga saat anaknya yg kecil masuk smp. Yg datang juga
bukan hanya yg muslim, sampai pernah ada mudika yg ke rumah mau antar
undangan acara gereja. Pas aku keluar.....treng......mereka kaget
trnyata aku berjilbab berarti muslim. Dg sopan anak2 muda itu minta maaf
padahal akunya sih biasa aja, gpp.
Suatu hari aku sedang di rumah ada seorang perempuan muda datang dengan tergopoh2, panik, takut, dan berlinangan air mata. Duuh.....ada apa lagi? Batinku sedih.
"Ibuu.....tolong saya, saya tidak mau dipenjara."
'Ada apa teh? Memang kamu salah apa?'
Dia makin parah nangisnya, kejer gitu kalo bahasa Jawanya. Duuh.....makin bingung aku. Setelah kukasih minum air putih, tenang, lalu sambil terisak2 dia mulai cerita, namun bikin aku makin gak ngerti.
"Saya gak berani bilang ke ibu (majikannya; red), karena ini menyangkut keuangan bapak." Waduh makin gak mau denger aku, tapi gimana caranya aku terlanjur menerima dia utk curhat? Lalu......
"Apa saya nanti bisa dipanggil KPK bu?"
'KPK?'
"Itu lho Bu, yang anti korupsi."
'Lha kenapa kamu merasa akan dipanggil KPK?'
"Huhuhu.....(nangis lg) karena saya melakukan pencucian uang bapak (majikan dia) bu. dan saya gak tahu uang itu hasil korupsi atau bukan, suer, cius! Saya takut dijerat TPPU. Selama ini sih sering bu, saya melakukan itu. Tapi kan saya belum tahu. Sekarang saya takut bu, kalau ibu saya (majikannya) tahu gimana, saya takut dipecat."
'Waah.....hebat kamu tahu TPPU segala?'
"Kan ibu (aku) yg ajarin saya, meski saya pembantu jangan ketinggalan, belajar, baca, jangan hanya nonton sinetron. Saya ini baca berita bu, emang ibu aja yg bisa pinter, saya kan mau pinter kayak ibu. Saya gak mau kayak ibu saya yg bisa diakali pembantu kayak saya." Gubraaag.......pengen kujitak dia sebenernya. Waaah....kok aku malah diomelin gini ya?
'Ya sudah, gini aja, kamu ceritain ke ibu(aku) pelan2, sebenarnya kejadiannya gimana? Jangan bohongi ibu ya, kamu sudah tlanjur cerita ya harus jujur.'
"Ya bu. Gini bu, selama ini bapak (majikannya) sering kasih saya uang hasil saya melakukan pencucian uang Bapak. Kalo saya lapor ke Bapak hasilnya katanya buat saya aja. Lumayan bu, bisa ditabung buat tambah2 beli tanah di kampung. Tapi sekarang saya sadar itu salah, berkat ibu (aku) saya sudah pinter bu, saya tahu kalau saya tidak boleh berbuat melanggar hukum Allah maupun hukum negara. Jadi mulai sekarang saya berjanji tidak mau lagi melakukan pencucian uang bapak (majikan dia). Tapi......huaaaaa (nangis lagi) tadi pagi saya lupa dan saya melakukannya lagi.....karena saya lupa memeriksa kantong baju bapak sehingga saya tidak tahu kalau ada uangnya, dan saya mencucinya.......saya sudah melakukan tindak pidana pencucian uang bapak lagiiiiii.........."
Dhuuueeeeeeenk................😝
Suatu hari aku sedang di rumah ada seorang perempuan muda datang dengan tergopoh2, panik, takut, dan berlinangan air mata. Duuh.....ada apa lagi? Batinku sedih.
"Ibuu.....tolong saya, saya tidak mau dipenjara."
'Ada apa teh? Memang kamu salah apa?'
Dia makin parah nangisnya, kejer gitu kalo bahasa Jawanya. Duuh.....makin bingung aku. Setelah kukasih minum air putih, tenang, lalu sambil terisak2 dia mulai cerita, namun bikin aku makin gak ngerti.
"Saya gak berani bilang ke ibu (majikannya; red), karena ini menyangkut keuangan bapak." Waduh makin gak mau denger aku, tapi gimana caranya aku terlanjur menerima dia utk curhat? Lalu......
"Apa saya nanti bisa dipanggil KPK bu?"
'KPK?'
"Itu lho Bu, yang anti korupsi."
'Lha kenapa kamu merasa akan dipanggil KPK?'
"Huhuhu.....(nangis lg) karena saya melakukan pencucian uang bapak (majikan dia) bu. dan saya gak tahu uang itu hasil korupsi atau bukan, suer, cius! Saya takut dijerat TPPU. Selama ini sih sering bu, saya melakukan itu. Tapi kan saya belum tahu. Sekarang saya takut bu, kalau ibu saya (majikannya) tahu gimana, saya takut dipecat."
'Waah.....hebat kamu tahu TPPU segala?'
"Kan ibu (aku) yg ajarin saya, meski saya pembantu jangan ketinggalan, belajar, baca, jangan hanya nonton sinetron. Saya ini baca berita bu, emang ibu aja yg bisa pinter, saya kan mau pinter kayak ibu. Saya gak mau kayak ibu saya yg bisa diakali pembantu kayak saya." Gubraaag.......pengen kujitak dia sebenernya. Waaah....kok aku malah diomelin gini ya?
'Ya sudah, gini aja, kamu ceritain ke ibu(aku) pelan2, sebenarnya kejadiannya gimana? Jangan bohongi ibu ya, kamu sudah tlanjur cerita ya harus jujur.'
"Ya bu. Gini bu, selama ini bapak (majikannya) sering kasih saya uang hasil saya melakukan pencucian uang Bapak. Kalo saya lapor ke Bapak hasilnya katanya buat saya aja. Lumayan bu, bisa ditabung buat tambah2 beli tanah di kampung. Tapi sekarang saya sadar itu salah, berkat ibu (aku) saya sudah pinter bu, saya tahu kalau saya tidak boleh berbuat melanggar hukum Allah maupun hukum negara. Jadi mulai sekarang saya berjanji tidak mau lagi melakukan pencucian uang bapak (majikan dia). Tapi......huaaaaa (nangis lagi) tadi pagi saya lupa dan saya melakukannya lagi.....karena saya lupa memeriksa kantong baju bapak sehingga saya tidak tahu kalau ada uangnya, dan saya mencucinya.......saya sudah melakukan tindak pidana pencucian uang bapak lagiiiiii.........."
Dhuuueeeeeeenk................😝
Tidak ada komentar:
Posting Komentar