Halaman

Selasa, 26 Januari 2010

PELAJARAN DARI TUKANG ANGKUT

Banjir yang datang sekali (semoga tidak ada lagi) dalam hidupku telah menghancurkan............ perabotanku. Hahaha.............. andai banjirnya bisa protes, pasti dia sangat tersinggung dengan tuduhanku yang semena-mena mengkambinghitamkan dia. Secara, memang dasar perabotanku yang nggak bermutu. Lha semua knock down dari partikel board yang sangat rapuh dan rentan terhadap air. Jangankan terendam banjir, kena tampias hujan saja berkali-kali pasti akan 'mretheli' dengan sendirinya.

Meski banjirnya sudah 3 tahun lalu melewati perabotanku, tetep saja mereka masih aku pertahankan. Sudah terlanjur cintakah? Meski sudah meleok-leok sana sini, hancur beberapa bagian, kok masih menjadi teman serumahku?

Hehehe................ sudah pada bisa menebak donk, apa alasannya? Klasiiiiiiiiik!!!

So, seminggu lalu aku terpaksa berburu perabot lagi. Dan sayangnya belum bisa beli yang kayu solid sehingga awet. Knock down lagi deh! Partikel board lagi. Rawan cepat hancur lagi. Hhhhh.......... apa boleh baut. Baju anak-anak sudah membutuhkan tempat yang agak layak.

Ahaaa.................. pucuk dicinta ulampun tiba. Saat ke sebuah swalayan besar, di sana sedang ada promo beberapa produk yang aku butuhkan. Waaaah............. lumayan donk. Segera aku memesan 2 set lemari pakaian anak, yang oleh petugasnya dikatakan jika lebih baik langsung aku bawa pulang karena masih muat di mobil atau taxi. Jika menunggu diantar akan lama dan terkena biaya kirim yang cukup signifikan. Dia juga menjanjikan akan ada petugas yang mengangkut barang sekaligus menatanya di mobil atau taxi yang akan membawaku pulang.

Setelah bayar, betul juga. Seorang petugas sudah mengampiri barang belanjaanku tadi dan siap mengantar ke mobil. Seorang diri! Masya Allah.............. apa dia kuat ya? Meski aku sangsi, aku yakin saja karena aku pikir mungkin dia sudah terbiasa.

Dan ternyata saat melewati tangga datar berjalan...................... gubraaag..................... kardus yang berisi bagian-bagian lemariku berjatuhan. Dengan cekatan namun tetap kerepotan si petugas tadi tunggang langgang menyelamatkan barang-barang tersebut. Lalu datang teman-temannya membantunya. Aku?? Ya hanya bisa melihat penuh keprihatinan karena jika aku membantu akan menambah kisruh suasana. Hahaha................. lha badanku aja jauh lebih kecil dari barang-barang itu. Kemudian mereka berdua membawa barang-barang tadi ke parkiran.

Yang menjadi perhatianku dan aku mendapat pelajaran darinya adalah, bahwa dia bersemangat sekali menyelamatkan barang-barang itu tanpa mempedulikan tangannya yang terjepit. Aku melihatnya kesakitan meski dia berusaha menyembunyikannya dengan senyuman. Di sepanjang jalan ke arah parkiran, mereka berjalan cepat dan sigap. Tidak terdengar sekalipun keluhan atau rintihan, apalagi umpatan dari mulut mereka meski pekerjaan itu berat. Dan juga kayaknya sih gajinyapun tidak besar.

Setelah selesai mereka memasukkan barang ke mobil, aku memberi sedikit uang tip untuk mereka. Subhanallah, mereka tidak serta merta menerimanya. Apa karena dilarang perusahaan? Ternyata tidak. Namun akhirnya dengan senyum dan ucapan terima kasih (yang terdengar tulus bagiku), mereka menerima pemberianku itu. Pemberian kecil yang mereka terima dengan syukur, terbukti mereka berjalan riang kembali bekerja.

Hm................. sungguh berbeda bahkan bertolak belakang jika aku bandingkan dengan para penggerutu, pengeluh, yang tidak mensyukuri hidup dan kehidupan yang mereka dapatkan. Padahal kehidupan yang mereka dapatkan sekarang adalah buah dari usaha mereka di masa lalu. Jika ingin menyalahkan, maka kesalahan terbesar ada di diri mereka sendiri. Apalagi jika ada orang yang sampai meminta-minta, tidak punya malu, lalu menyalahkan orang lain atas apa yang mereka rasakan sekarang.

Baguuuuun........................ cobalah belajar dari tukang angkut di swalayan itu. Bekerja keras dengan senyum ikhlas tanpa mengharap bahkan sekedar uang tip. Jauuuuh............ dari minta-minta belas kasihan orang lain. Pantas saja saat keponakanku bekerja di swalayan, dia sangat memperhatikan anak buahnya. Dia kasih les gratis bahasa Inggris dan komputer. Pasti dia merasakan seperti apa yang aku rasakan. Ingin mereka menjalani hidupnya dengan lebih manfaat lagi dan berkah. Sesungguhnya menolong, membantu, orang seperti itu lebih membahagiakan daripada menolong orang pengeluh yang selalu minta belas kasihan orang lain. Orang yang tidak mensyukuri hidup.

Tidak ada komentar: