Halaman

Minggu, 31 Januari 2010

DITABRAK MOTOR

Berlalulintas di jalanan Jakarta memang penuh 'warna'. Semrawut, meriah, penuh tantangan, mengesalkan, bikin stres, menyedihkan, atau malahan mengasyikkan, tergantung bagaimana kita menyikapinya.

Bagiku, everything is always fun. Hehehe............ enjoy aja kalee! Ngapain coba dianggap berat, nyebelin, bikin stress. Padahal itu kan di luar kendaliku. So, nikmati ajah.

Tapi...................
Ternyata aku juga sering sedih, meneteskan airmata, malah terkadang sesenggukan sendiri saat sedang berkendara di jalan raya Jakarta. Ini terjadi jika aku sendirian. Takutkah? Marahkah? Sedih karena sendirian? Ho ho ho................... semuanya bukan!

Bagaimana tidak? Hampir setiap pagi aku melihat wajah-wajah terburu-buru, penuh kekhawatiran, mungkin khawatir terlambat yang berujung pemotongan gaji atau buruknya kondite bagi pegawai dan yang lebih menyedihkan lagi jika keterlambatan bagi anak-anak SMA berbuntut tidak boleh masuk sekolah.

Belum lagi jika aku melihat anak-anak yang mengendarai sepeda motor tanpa helm, tanpa jaket, bahkan tanpa lengan panjang. Duuuh.............. tubuh mereka langsung berhadapan dengan kerasnya jalan raya? Ditambah hidung mereka yang terpapar langsung dengan berbagai asap knalpot dan polutan lainnya dilengkapi angin yang menerpa dengan kencang. Lalu.............. mereka pun berkendara dengan slonong boy sana sini, yang sangat membahayakan diri mereka sendiri dan orang lain.

Marahkah aku kepada mereka? Oh.............. sama sekali tidak. Aku justru sangat sedih. Mereka melakukan itu semua pasti bukan karena salah mereka. Bahkan jika mereka ugal-ugalan dengan sengaja, itu juga bukan salah mereka. Mereka hanya tidak tahu, karena sejak mereka kecil tidak diberi contoh yang baik, tidak diarahkan, tidak diberitahu mana yang benar dan yang salah, yang intinya tidak diberikan hak mereka untuk dididik dengan baik dan benar oleh orang dewasa di sekitar mereka. Sehingga mereka tumbuh dengan 'wild', melihat, mempelajari, mencontoh, menganalisa, dan mempraktekkan apa yang ada di sekitar kehidupan mereka.

Demikian juga yang terjadi dua hari yang lalu. Sepulang dari antar pacar n berlianku, aku pun terjebak oleh dinamika lalulintas Jakarta. Aku biarkan mereka berseliweran di sekelilingku. Ada yang sopan rapi, ada yang serobot sana sini, ada yang salip kanan kiri, ada yang salip kiri dan memotong ke kanan. Marah? Maunya. Tapi aku hanya mengalah saja, asal tidak ada yang berbahaya. Aku tidak tega melihat mata-mata kemrungsung mereka. Aku kasihan terhadap mereka. Dan aku bersyukur karena aku tidak seperti mereka.

Setelah melalui berbagai kemeriahan lalulintas, sampailah aku di jalan raya di depan komplek perumahan tempat aku tinggal. Jalan raya yang kurang lebar untuk manampung arus kendaraan dari banyak perumahan di sekitarnya. Meski tidak sampai macet, namun jalan itu hampir selalu meriah di pagi dan sore hari di saat orang pergi dan pulang dari kantor. Seperti pagi itu, cukup ramai. Aku hanya bisa jalan 10-15 km per jam. Lalu di depan sebuah sekolah dasar ada beberapa anak sekolah yang ingin menyeberang. Kasihan sekali mereka ketakutan karena ramainya lalulintas. Akupun berhenti sejenak membiarkan para pejuang cilik ini lewat.

Tidak lama kemudian........................ braaagggg!!!! Ada sebuah sepeda motor menabrak belakang mobilku dengan semena-mena. Pengennya sih turun dan marah, lalu minta ganti rugi. Tapi.............. aku memilih untuk terus saja. Takut??? Iiih............. mana mungkin sih Dewi takut sama manusia? Kwkwkwk.................. kumat narcistnya.

Ya, aku melirik ke kaca spion. Si penabrak yang mengendarai motor terlihat bingung, ketakutan, dan perlahan tapi pasti memundurkan motornya siap-siap kabur! Hhh............... pasti mobilku penyok nih. Pikirku. Namun aku biarkan dia kabur, semoga dia menjadi lebih tenang, namun lain kali lebih berhati-hati dan bertanggungjawab atas segala perbuatannya. Lagipula, jika aku berhenti tentu akan membuat kemacetan dan menghambat banyak orang yang sedang menuju tempat mereka beraktifitas. Belum lagi kemungkinan ketakutan anak-anak kecil di sekolah itu jika terjadi keributan. Aku memutuskan untuk melihat belakang mobilku tang ditabrak nanti sesampaiku di rumah.

Duuuuuuuuuhhhh.................... sedikit penyok dan baret sebenarnya sangat menggangguku. Secara, aku paling tidak suka mobilku 'cacat' meski sedikit. Namun aku ikhlaskan saja. Toh, aku sudah mencegah terjadinya kemacetan sehingga banyak orang tidak terhambat. Aku sudah membuat pengendara motor yang ketakutan menjadi lebih tenang karena tidak harus bersitegang denganku dan mengganti kerusakan mobilku. Dan aku sudah membuat 'pejuang2 cilik' itu bisa menyeberang jalan dengan selamat, sehingga mereka bisa menimba ilmu untuk bekal masa depan mereka.

Lebih dari semua itu, aku hanya berharap apa yang sudah aku lakukan pagi itu, segala keputusanku pagi itu, semua niatku pagi itu, mendapat balasan dari Penciptaku. Keberkahan.

Amiiiiiinnnn...............................

Selasa, 26 Januari 2010

PELAJARAN DARI TUKANG ANGKUT

Banjir yang datang sekali (semoga tidak ada lagi) dalam hidupku telah menghancurkan............ perabotanku. Hahaha.............. andai banjirnya bisa protes, pasti dia sangat tersinggung dengan tuduhanku yang semena-mena mengkambinghitamkan dia. Secara, memang dasar perabotanku yang nggak bermutu. Lha semua knock down dari partikel board yang sangat rapuh dan rentan terhadap air. Jangankan terendam banjir, kena tampias hujan saja berkali-kali pasti akan 'mretheli' dengan sendirinya.

Meski banjirnya sudah 3 tahun lalu melewati perabotanku, tetep saja mereka masih aku pertahankan. Sudah terlanjur cintakah? Meski sudah meleok-leok sana sini, hancur beberapa bagian, kok masih menjadi teman serumahku?

Hehehe................ sudah pada bisa menebak donk, apa alasannya? Klasiiiiiiiiik!!!

So, seminggu lalu aku terpaksa berburu perabot lagi. Dan sayangnya belum bisa beli yang kayu solid sehingga awet. Knock down lagi deh! Partikel board lagi. Rawan cepat hancur lagi. Hhhhh.......... apa boleh baut. Baju anak-anak sudah membutuhkan tempat yang agak layak.

Ahaaa.................. pucuk dicinta ulampun tiba. Saat ke sebuah swalayan besar, di sana sedang ada promo beberapa produk yang aku butuhkan. Waaaah............. lumayan donk. Segera aku memesan 2 set lemari pakaian anak, yang oleh petugasnya dikatakan jika lebih baik langsung aku bawa pulang karena masih muat di mobil atau taxi. Jika menunggu diantar akan lama dan terkena biaya kirim yang cukup signifikan. Dia juga menjanjikan akan ada petugas yang mengangkut barang sekaligus menatanya di mobil atau taxi yang akan membawaku pulang.

Setelah bayar, betul juga. Seorang petugas sudah mengampiri barang belanjaanku tadi dan siap mengantar ke mobil. Seorang diri! Masya Allah.............. apa dia kuat ya? Meski aku sangsi, aku yakin saja karena aku pikir mungkin dia sudah terbiasa.

Dan ternyata saat melewati tangga datar berjalan...................... gubraaag..................... kardus yang berisi bagian-bagian lemariku berjatuhan. Dengan cekatan namun tetap kerepotan si petugas tadi tunggang langgang menyelamatkan barang-barang tersebut. Lalu datang teman-temannya membantunya. Aku?? Ya hanya bisa melihat penuh keprihatinan karena jika aku membantu akan menambah kisruh suasana. Hahaha................. lha badanku aja jauh lebih kecil dari barang-barang itu. Kemudian mereka berdua membawa barang-barang tadi ke parkiran.

Yang menjadi perhatianku dan aku mendapat pelajaran darinya adalah, bahwa dia bersemangat sekali menyelamatkan barang-barang itu tanpa mempedulikan tangannya yang terjepit. Aku melihatnya kesakitan meski dia berusaha menyembunyikannya dengan senyuman. Di sepanjang jalan ke arah parkiran, mereka berjalan cepat dan sigap. Tidak terdengar sekalipun keluhan atau rintihan, apalagi umpatan dari mulut mereka meski pekerjaan itu berat. Dan juga kayaknya sih gajinyapun tidak besar.

Setelah selesai mereka memasukkan barang ke mobil, aku memberi sedikit uang tip untuk mereka. Subhanallah, mereka tidak serta merta menerimanya. Apa karena dilarang perusahaan? Ternyata tidak. Namun akhirnya dengan senyum dan ucapan terima kasih (yang terdengar tulus bagiku), mereka menerima pemberianku itu. Pemberian kecil yang mereka terima dengan syukur, terbukti mereka berjalan riang kembali bekerja.

Hm................. sungguh berbeda bahkan bertolak belakang jika aku bandingkan dengan para penggerutu, pengeluh, yang tidak mensyukuri hidup dan kehidupan yang mereka dapatkan. Padahal kehidupan yang mereka dapatkan sekarang adalah buah dari usaha mereka di masa lalu. Jika ingin menyalahkan, maka kesalahan terbesar ada di diri mereka sendiri. Apalagi jika ada orang yang sampai meminta-minta, tidak punya malu, lalu menyalahkan orang lain atas apa yang mereka rasakan sekarang.

Baguuuuun........................ cobalah belajar dari tukang angkut di swalayan itu. Bekerja keras dengan senyum ikhlas tanpa mengharap bahkan sekedar uang tip. Jauuuuh............ dari minta-minta belas kasihan orang lain. Pantas saja saat keponakanku bekerja di swalayan, dia sangat memperhatikan anak buahnya. Dia kasih les gratis bahasa Inggris dan komputer. Pasti dia merasakan seperti apa yang aku rasakan. Ingin mereka menjalani hidupnya dengan lebih manfaat lagi dan berkah. Sesungguhnya menolong, membantu, orang seperti itu lebih membahagiakan daripada menolong orang pengeluh yang selalu minta belas kasihan orang lain. Orang yang tidak mensyukuri hidup.

Senin, 04 Januari 2010

NIC FUJICIC

Dari seorang sahabat. Inspiring..............

Mayoritas manusia banyak yang merasa tidak puas dengan penampilan fisiknya. minder dan tidak percaya diri. sedih karena tidak memiliki tubuh yang tinggi, kaki panjang dan leher jenjang. Kulit yang kurang mulus, hidung yang kurang mancung, berat badan yang kurang gemuk atau yang kurang langsing..dsb dsb

Begitu banyak yang hanya terfokus pada “kekurangan” fisik yang dimiliki, namun lupa atas kelebihan-kelebihan . Begitu banyak energy yang keluar demi memikirkan kekurangan diri secara fisik, hingga melupakan segala kelebihan lainnya yang DIA berikan pada kita.


Kemarin, saat sedang menyiapkan materi materi training, memilih milih clip yang akan digunakan, saya kembali memutar video seorang yang sangat luar biasa, entah yang keberapa puluh kali nya saya memutar video clip tersebut, kisah seorang Motivator kelas dunia ,Mungkin banyak diantara kita yang sudah pernah melihat video clip nya, sudah mengenal namanya,. Namanya Nick Vujicic. Wajahnya tampan, pengusaha sukses, motivator ulung dan pembicara kelas dunia.


Nick tidak memiliki apa yang menjadikan kita manusia utuh: tangan dan kaki. Selain dari potongan daging yang menonjol di bagian kakinya, ia tidak memiliki organ yang bisa dipakai untuk melakukan sebagian besar aktivitas manusia : makan, minum, mandi, menyisir rambut, memakai lotion atau bersosialisasi di Facebook.


Lama sebelum Nick sadar dan malu terhadap cacat tubuhnya, kedua orang tua telebih dulu merasa hancur hati ketika melihat bayi yang harusnya menjadikan mereka pasangan berbahagia ternyata tidak lebih dari seonggok daging yang bergerak. Memiliki anak yang hampir cacat total itu, telah memaku kedua orang tuanya pada salib ‘menjaga-dan- merawat-anak-itu-seumur-hidup’.



Lahir di Australia pada saat peraturan pemerintah tidak mengijinkan anak-anak dengan cacat tubuh mengikuti sekolah umum merupakan siksaan lain yang harus dialami orang tua dan tentu saja Nick sendiri setelah sadar bahwa ia berbeda dengan manusia umumnya. Rasa tertolak dan tidak berharga tentu saja dirasakan mereka. Tidak heran saat berusia 8 tahun, Nick mulai mencoba untuk bunuh diri. Ketika akhirnya hukum pemerintah berubah dan mengijinkan anak-anak seperti Nick bersekolah di sekolah umum, itu hanya memberikan babak baru pada bentuk penolakan yang lain yang diterimanya. Kalau orang sehat saja sering menjadi sasaran empuk bullying, apalagi dengan cacat tubuh seperti yang diderita Nick.

Selain mencoba bunuh diri, Nick juga mencoba untuk membujuk Tuhan, menguji kemahakuasaan- Nya, dengan meminta Ia menumbuhkan tangan dan kaki baginya. Tapi mujizat itu tidak pernah terjadi. Nick kecewa karena Tuhan tidak mendegar doanya. Namun Tuhan ingin memberikan kepada Nick lebih dari sekedar tangan dan kaki. Jika Tuhan menjawab doa Nick dengan menumbuhkan tangan dan kaki, tentu saja tulisan ini tidak pernah terjadi. Saya dan jutaan orang yang terinspirasi dengan kehidupan Nick tidak akan pernah mengenalnya. Ia hanya akan menjadi salah seorang pemuda tampan di kampung sebelah, ayah yang sayang keluarga, kemudian meninggal sebagai orang tua yang renta, tanpa memberikan dampak yang lebih besar bagi dunia.






Nick akhirnya berhenti berharap menjadi manusia normal ketika ia sadar bahwa ketidakberuntungann ya dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang. Jika ia bisa mengatasi keterbatasannya, apalagi manusia yang utuh tanpa cacat. Ia mulai belajar dan berlatih. Ia belajar untuk menjadi pembicara sejak remaja. Nick lulus pada saat ia berusia 21 tahun dengan double major:

Accounting dan Financial Planning. Ternyata Tuhan memberikan kelebihan kepada Nick, yaitu otak yang encer dan karisma sebagai Public Speaker.




Sampai sekarang, Nick bisa mengerjakan hampir semua yang bisa dikerjakan oleh manusia normal, hanya dengan 2 jari kecil yang tumbuh di kakinya. Ia bisa menulis, mengetik cepat, browsing internet, memancing, bermain golf, berenang dan tentu saja mencetak uang.




Apa yang dicapai oleh Nick menjadikan ia International Motivational Speaker yang didengar oleh baik kalangan Kristen maupun non Kristen. Ia berkeliling dunia untuk memberikan inspirasi dan motivasi bagi orang-orang yang seperti saya dulu, tanpa pengharapan dan tujuan hidup. Selain menjadi pembicara yang karismatik, Nick juga memiliki karir yang sukses di bidang keuangan. Ia memiliki beberapa rumah mewah yang dilengkapi oleh kolam renang pada usia yang relatif sangat muda, menobatkan ia sebagai salah satu Most Wanted Bachelor.




Saat ini, tangan dan kaki bukan lagi kebutuhan utama bagi seorang Nick Vujicic. Bukan juga materi dan popularitas. Ia telah memiliki semuanya. Ia memiliknya bukan karena menjadi seorang manusia yang sempurna, melainkan menjadi manusia yang mengerti arti dan tujuan hidupnya berada di dunia ini. Di wajahnya selalu terpancar senyum bahagia, kepercayaan diri serta kepuasan akan apa yang sedang ia kerjakan.


Coba bertanya pada kita sendiri hari ini, apakah dan seberapa banyak yang telah Tuhan berikan pada kita hingga saat ini, namun kenapa seringkali kita masih pesimis untuk menggapai kesuksesan dengan dalih keterbatasan kita, seribu satu alasan sering kita cari untuk pembenaran tidak melakukan sesuatu yang sebenarnya bisa jadi adalah awal untuk pintu keberhasilan kita dimasa depan.

Mungkin sosok Nick bisa kita jadikan sebagai inspirasi, dengan keterbatasan diri mulai dari lahir banyak sekali kesuksesan dah hal yang bisa dia perbuat untuk pencerahan ribuan orang yang dia berikan. Walau di hidupkan dengan tubuh yang tidak sempurna .. namun beliau mampu hidup layak nya manusia NORMAL ...

Tidak kah kita tergerak untuk melakukan lebih karena Tuhan menciptakan kita sebaik mungkin. Akhirnya ruanghati hanya berpesan untuk masing masing kita lagi-lagi mengucap syukur serta tetap berpikir positif pada apapun yang telah Tuhan berikan pada kita saat ini.

so.. buat kita kita yang masih di berikan nikmat berupa kesempurnaan tubuh kita .. yooo.. TETEP SEMANGAT dan PANTANG MENYERAH !!!


"Sumber kebahagiaan sesungguhnya tidak terletak pada bentuk fisik maupun kepemilikan berbagai benda dan harta semata, karena potensi kebahagiaan telah ada di dalam diri setiap manusia secara hakiki, beranggapan bahwa akan ada banyak kebahagiaan
bila seseorang telah mencapai berbagai benda materialistis, malah hanya akan membatasi kemampuan untuk merasakan kebahagiaan pada saat sekarang ini. Mensyukuri hal-hal terkecil dalam hidup Anda adalah awal dari kelimpahan
dan hadirnya kebahagiaan dalam hidup ini."