Halaman

Jumat, 15 April 2016

Respect Is Definitely Earned, Not By Requested



Suatu hari seperti biasa, princessku selalu ngintil aku. Ngekor, nempel, bak mimi lan mintuna. Kali ini kami ke sebuah kantor, ada keperluanku yang harus kuselesaikan. Daaan.......seperti biasa pula kemudian princesslah yang menjadi bintang, yang menyedot perhatian bak magnet menarik logam di sekitarnya. Hampir semua pegawai kantor tersebut mengerubutinya, mengajaknya bercakap, memintanya bicara.......dalam Bahasa Inggris tentu. Hahhaaa.....mereka suka dengan merat merotnya mulut cantik itu melafazkan setiap kata, juga kemampuannya menjawab berbagai pertanyaan dengan sigap, lugas, tanpa ragu tanpa malu. Jawabannya juga argumentatif, terkadang. Kebayang gak argumennya anak usia belum 9 tahun? Dan itu terjadi sejak dulu kala sejak dia bayi, baru bisa ngomong langsung ceriwis dan suka berargue.

Berbagai hal dibicarakan, ditanyakan, didiskusikan. Lalu ada salah satu karyawan yang ingat bahwa atasan mereka sangat suka dan semangat berbicara dan berdiskusi menggunakan bahasa Inggris. Tercetuslah ide mengajak princessku ke ruangan atasan mereka itu. Alamaaak.............aku sebenarnya agak khawatir, bukan mengkhawatirkan princessku akan tetapi mengkhawatirkan sang atasan yang belum tentu mempunyai cara berpikir terbuka, belum tentu demokratis, dan...................hahaha......kok aku berprasangka buruk sih? Bisa jadi beliau oke banget. Ya sudahlah aku ijinkan saja princessku diboyong ke ruangan lain, tentu aku mengikutinya meski duduk agak menyingkir biar mereka leluasa, meskipun tetap mengawasi..

Yap.............apa yang kukhawatirkan terjadi. Atasan tersebut selalu mempermasalahkan perkataan princessku. Katanya salah, jelek pronunciationnya, tidak bisa dimengerti, terlalu buru-buru, dan berbagai kritik tidak membangun kalau tidak mau disebut sebagai celaan lainnya. Hihihi.............semua yang dilakukan princessku salah. Dan tahu kan princess anak siapa? Kira-kira apakah dia lalu nangis? Takut? Diam? Atau berargumen menanggapinya? Hm............ pastinya. Dengan gigih dia mempertahankan dirinya, menyampaikan pendapatnya,  mulai yang halus santun penuh hormat hingga dia mendebat selayaknya atasan tersebut adalah teman sebayanya.  Waduuuuh...............gaswaaat.......aku sedikit khawatir, tapi biarlah. Itu pembelajaran bagi si cantik dan juga bagi si bos.

Salah satu pendapatnya adalah:
"Language is about a communication. If I am talking about something and others understand that, and when others say something and I understand, then done. Even when my grammar or pronunciation are not right. You have to understand that."

Tapi atasan tersebut juga keukeh, dia bilang kalau dia sudah banyak berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan banyak orang dari berbagai negara. Dan mereka semua mengerti pembicaraannya, dia pun mengerti pembicaraan oarng-orang tersebut. Sementara dia saat itu sama sekali tidak mengerti perkataan princessku karena semua salah, ngawur, tidak sesuai kaidah di kamus. Nah.......salahnya lagi, atasan itu membuat pernyataan pernah bicara dengan perempuan dari Inggris yang pinter dan dia jadikan patokan. Juga mengatakan bahwa semua orang selalu melayani pembicaraan dengan dia, mau dikoreksi, disalahkan karena memang mereka salah, tidak seperti kamu (princessku) yang saat disalahkan malah mendebat mengatakan yang penting orang lain mengerti. Padahal kamu salah, bahasa itu harus bener bukan sekedar orang lain ngerti. Kenyataannya kamu salah, bahasamu ngasal, tidak sesuai kaidah kamus, dan saya sama sekali tidak mengerti apa yang kamu ucapkan. Dst dst masih banyak lagi argumen atasan itu yang disampaikan secara serius, bahkan sampai mengambil kamus lalu menunjukkannya padaku, sambil bilang dialah yang bener dan princessku salah total. O.....M.....G.....dia memang gak kenal aku, maknyaknya princess. Dia harus bersyukur saat itu aku lagi baik, lagi sabar, lagi puasa gak makan orang. #eehh

Hehehe.....nasionalisme dan harga diri princess tertantang. Dia jawab emang kenapa kalau pernah ngobrol sama perempuan Inggris? Apa hebatnya kok Anda bangga gitu? Aku punya mama, perempuan Indonesia,  yang aku yakin jauh lebih hebat dari perempuan Inggris itu (mamanya langsung mak plenthus........GR bin bangga), dan aku setiap hari ngobrol sama mama. Juga perempuan-perempuan Indonesia banyak yang jauh lebih hebat dari perempuan Inggris. Dan aku juga sudah sering berbicara dengan banyak orang dari berbagai negara dan mereka mengerti ucapanku kok. Dan aku juga ngerti ucapan mereka. Gak cuma orang Inggris, ada orang Belanda, Belgia, Oman, Singapore, Arab, juga pernah ngobrol dengan  guru bahasa Inggris dari Yordania. Mereka semua ngerti ucapanku. Eh......ada lagi kata-kata princess yang kurang lebih gini; Pak....Anda itu kan berbicara sebagai pejabat, bukan sebagai diri pribadi. Bisa saja orang bersikap mengerti dan melayani obrolan dengan Anda karena itu, karena jabatan Anda. Jika Anda berbicara sebagai pribadi dengan cara seperti ini, aku ragu Anda akan dilayani dengan baik.

*Untungnya selalu princessku bicara in English....sehingga kalau bener si atasan itu gak ngerti omongan princess dalam bahasa Inggris tentu dia gak ngerti juga semua centilan princessku yang menohok daleeeem*

Cintaaaaaa.............aku berkali-kali minta maaf atas perkataan princessku, meski aku juga tidak melarang princessku mendebat karena memang pantas didebat. Ups....................sorry to say. Begitulah sejak awal hingga akhirnya aku berpamitan setelah ngobrol dengan para pegawai di sana, diskusi, hehe....bahkan ada yang konsultasi tentang homeschooling. Sebelum pergi kuminta princess ke ruangan atasan tadi untuk berpamitan dan minta maaf. Ya...aku tetep mau mendidik berlianku dengan benar. Minta maaf meski kita tidak salah, meski orangnya aneh, tetaplah perlu. Oke....done....kamipun meninggalkan kantor tersebut.

Di perjalanan, sambil nyetir kami ngobrol. Dan dia cerita tadi saat pamitan (tanpa aku) si atasan bilang ke dia agar jika princess berbicara dengan dia maka harus menghormati, menghargai, tidak kurang ajar. Wow.......agak mendidih aku sebenarnya karena aku sendiri saat tadi mereka ngobrol tetap mendampingi, menyaksikan, mendengarkan, di situ terlihat princessku sama sekali tidak kurang ajar. Menohok sih iya, hahahaa............... Justru atasan itu yang gak tahu diri, egois, mau menang sendiri, merasa paling benar, meskipun argumennya kurang bermutu dan merendahkan princessku. Terbukti pegawai-pegawai yang ada di situ sering negur atasan mereka yang memperlakukan princessku bagai orang dewasa yang berdebat dengannya. Hampir saja aku putar balik dan mendatangi atasan itu, memberi pelajaran, namun urung karena princessku bilang bahwa dia menjawab dengan mengatakan ke atasan tersebut sebuah kalimat: "Sorry Sir, respect is definitely earned, not by requested." 

Hahahaaaaa......................jawaban yg jitu, ya wis mamanya gak jadi nglabrak. Hahaha.....anak bijak, lalu kamipun melanjutkan perjalanan menyibak kemacetan Jakarta dengan gembira, seperti biasa. Dan aku akan setia menyiapkan calon diplomat ini, yang bercita-cita membuat Indonesia jaya dan rupiahnya akan menjadi mata uang yang kuat di dunia internasional. Ya....karena kak Seto selalu membombongnya dengan do'a2 agar princess yang bercita2 jadi diplomat itu nantinya jadi Presiden, maka dia makin semangat untuk jadi diplomat. Lho?? Bukan mau jadi dokter bu? Godaku. Ah....mama.......kan punya RS besar gak harus jadi dokter. Bahkan adek bisa membuat banyak kebijakan yang menguntungkan masyarakat jika adek jadi Presiden. Termasuk kesehatan.

Siap Bu Presiden!!!