Halaman

Selasa, 16 Juli 2013

Hormatilah Orang Yang (TIDAK) Berpuasa

Ramadhan sudah jalan sepekan, sayang aku belum bisa berpuasa sama sekali. Sungguh tidak menyenangkan sebenarnya karena toh aku tetap bangun dini hari untuk menyiapkan makan sahur orang2 tercintaku, dan juga tetap tidak bernafsu makan meski harus karena minum obat dokter kebetulan kondisi kesehatan juga sedang kurang bagus. Belum lagi rasa gak enak karena bahkan si cantikku saja berpuasa. Hihihi.....padahal berlian2ku tuh cuek banget melihat orang lain tidak berpuasa saat mereka berpuasa, maknyak yang gak enak sendiri, sungkan, risih, gimanaaa gitu.

Menjelang kepulangan berlian gantengku untuk pertama kalinya setelah tiga puasa di negri sebrang, aku teringat masa kecilnya yang lucu imut menggemaskan. Iya.....dia memang lucu. Teman2 yg mengenal masa kecil berlian gantengku ini pun sering menanyakannya. "Mbak Dewi......mas Hafizh itu sadar gak sih kalau waktu kecilnya dempal, imut, lucu, ee......sekarang dah gede aja." begitu kira2 pertanyaan mereka. Selain lucu dia juga cerdas banyak nanya maupun protes. Aku dan ayahnya kadang harus ngaku bahwa belum bisa menjawab pertanyaan lugunya itu dan kamipun belajar lagi, mencari tahu, agar bisa memenuhi kehausannya akan hal baru yang membuatnya penasaran itu.

Selain menghafal surat-surat Al Qur'an, berpuasa secara bertahap (yang pernah kuceritakan) yang kuterapkan padanya sejak masih sangat belia membuatnya bisa berpuasa full sejak usia 6 th tanpa disuruh maupun tanpa dia merasa kesulitan. Bahkan dia melaluinya dengan suka cita. Makan sahur meski sambil terkantuk2, shalat duha, shalat wajib berjama'ah di masjid meski harus dilakukannya sendirian jika siang hari ayahnya ke kantor, lalu heboh berbuka puasa dan lintang pukang menuju masjid untuk mengejar shalat magrib berjama'ah yang terkadang raka'at pertama hanya dapat buntutnya karena dia berbuka terlebih dahulu sebelum ke masjid, juga mondar mandir ke masjid saat Isya' maupun taraweh sangat dinikmatinya. Lucu banget bocah dempal putih ganteng itu mondar mandir antara rumah dan masjid dengan gembira.

Pernah dia bertanya padaku (sekitar kelas3-4 SD), kenapa pada bulan Ramadhan warung makan ditutup kain setengah, malah ada yang tutup sama sekali gak jualan. Lalu kenapa banyak tulisan "Hormatilan orang yang berpuasa.". Dan masih banyak lagi pertanyaan2 lain tentang puasa yang keluar dari mulut gantengku itu polos. Karena dia sudah biasa kuajak berpikir, berdiskusi, aku bukannya menjawab malah balik bertanya;

"Menurut sayang Mama kenapa? Harusnya bagaimana?"

"Menurutku sih Ma, biar saja warung buka, berjualan. Kan itu kerjaan dia, kalau tutup nanti mereka sekeluarga makan apa? Harusnya gak papa orang yang tidak berpuasa itu makan minum di depan kita yang berpuasa, emangnya kenapa? Kita berpuasa tidak perlu dihormati dengan gitu, apalagi kan kita banyakan. Jadi harusnya kita sebagai orang yang puasa yang harus menghormati yang gak puasa. Kasihan kan yang gak puasa itu sedikit lalu gak enak makan minum saat yang lain puasa."

Hmm..............melted tahu gak?! Jadi menurut pendapat berlian ganteng SD ku waktu itu "Hormatilan Orang Yang TIDAK Berpuasa."

Alhamdulillah.......pendapat dia waktu kecil iu tentu sangat membantunya melalui puasa yang sudah ke tiga kalinya dengan yg sekarang ini di negeri orang yg mayoritas tidak puasa dengan sahur jam 3 pagi dan berbuka jam 10 malam. Juga shalat taraweh sendirian setiap malam, kecuali weekend karena memang hanya weekend saja ada taraweh berjama'ah di 'masjid' dengan komunitas muslim sekitar tempat tinggalnya yang sedikit. Good luck cintaku, semoga Allah selalu melimpahkan berkahNya padamu.

Dan sudah tiga hari ini berlianku di rumah, di Indonesia, di Jakarta, menikmati berpuasa singkat. Hanya sejak jam setengah lima hingga jam enam sahaja!!! Selesai dua malam dia jetlag, baru malam ketiganya dia sudah 'ilang' ke masjid setelah berbuka. Hahaha......tentu teman2 remaja masjid dan bapak2 ta'mir masjid menyambutnya gembira. Selama berlianku tidak ada bapak2 itu menegurku bergurau; "Waah.... kami kehilangan nih bu, gak ada lagi yg narik2 kambing saat Iedul Adha."

Dan sampai sekarang dia tetap berpendapat; "Hormatilah orang yang TIDAK berpuasa."

Senin, 08 Juli 2013

Mendidik Pemuda

Assalamu'alaikum.....pagiiii semuaaa......ini tulisan beberapa bulan lalu, saat aku nengok gantengku.

Setelah mondar mandir akhirnya aku nengok studio mungil tempat si gantengku tinggal lagi sebelum nanti bakal kutinggalin lagi jika aku harus ke 'tetangga' tuk ngurus keperluan lain yg juga menjadi bagian dari tugasku kemari. Eiffel.....I'm coming.......eh, aku mungkin gak nengokmu karena aku akan ke kota lain yg deketan pengrajin jam, maaf ya......keknya gak sempet ke Paris deh. C u next time kalo ku ke sini lagi, n moga bisa sama si ganteng pacarku itu. Kan jd Eiffel I'm in love......again. Haha....miss u cintaku...

Kemarin, setelah main bola, acara mingguannya, dia ngabari kalau teman2nya akan ke rumah dan minta jatah kumasakin makanan Indonesia. Gubrag deh, ya sudahlah apa yang ada di kulkas mininya kuoptimalkan karena memang gak siap. Mana pada menit terakhir sebelum pulang dia melaporkan adanya lonjakan peserta. Weeeks...... Terpaksa masak ronde kedua saat mereka sdh makan, maknyak masak lagi. Daaaan.......ludes lagi. Enak apa laper yak?

Eh.....aku bukan mau sombong bisa masak ya, itu kekhilafan mereka aja kalo bilang masakanku enak. Aku mau cerita hal yang menurutku menarik. Dari beberapa teman berlianku itu ada satu yang anak sini, WN sini, bule gitu, usianya sudah hampir 30 th tapi masih seangkatan sama berlianku kuliahnya. Lho?? Ya emang. Setelah brol ngobrol, dia ternyata tinggal sendiri, terpisah dari ortunya meski masih sekota, sejak usia 19 th. Why? Kutanya donk......eh dia yang malah heran kenapa anak Indonesia sampai tua bahkan ada yang sudah nikah aja masih tinggal di rumah orangtuanya. Kok gak malu ya? Manja manja anak Indonesia itu. Gitu pendapat dia. Hahaha.........

Lalu kutanya lagi ah, waktu keluar rumah orangtuanya, bagaimana kamu menghidupi diri? Apa masih minta dari ortu? Wuidiiih........ya tidaklah yaow......gitu kira2 jawaban dia. Di sini anak lulus SMA biasa ambil sertifikat untuk bisa kerja. Ada semacam pelatihannya, sekolah, dapat sertifikat. Karena hampir semua kerjaan harus pake sertifikat. Lalu......setelah beberapa th mereka ada yg kuliah lagi seperti temen anakku ini atau ya gak kuliah, kerja aja terus. Dan uni di sini negri sekalipun seperti tempat berlianku kuliah, masih menerima warganya yg lulusan sma tahun berapapun untuk kuliah. Asal lulus testnya. Lha di kelas anakku aja ada yg sudah usia 39 yg dipanggil Oom sama berlianku. Malah yang baru lulus SMA kek berlianku cuma ada 4, salah satunya dari Indonesia donk.......si ganteng. Hallah.....

Makanya yang kuliah biasanya ya serius belajar dan tahu apa tujuannya kuliah. Bukan sekedar ngelanjutin sekolah setelah sma, yang mana terkadang jurusan aja masih bingung ga jelas, belajar belum tentu biar pahan, cuma ngincer IP tinggi, lalu ijazah jadi bekal cari kerja sedapetnya mau sesuai jurusan atau tidak sikat bleh yang penting gaji ok, malah tidak sedikit yang ngincer jadi PNS katanya (kata siapaaaa) kerja ringan, sulit dipecat, mapan, dll ehem....bisa korupsi paling tidak korupsi waktu(kata siapaa lagiiiii), yang sayangnya sedikit yang niatnya pengabdian melayani masyarakat. Hehehe......tapi bukan iSTANers kali ya yg begitu?!

Aku jadi mikir, kenapa ya di Indonesia untuk kuliah di PTN harus fresh graduate paling lama 2-3 th? Kenapa kita ga memberi kesempatan anak2 lulus sma untuk belajar kerja lalu setelah dia yakin akan menggeluti bidang apa dan mempelajarinya lebih dalam dia diberi kesempatan kuliah di PTN? Kenapa ya, kita kurang menghargai passion seseorang? Misalnya dia sukaaaa banget melayani dalam hal kebersihan, lalu seorang anak memilih jadi petugas kebersihan alias tukang sampah. Kira2 apa kata oratunya? Apalagi kalau ortumya (merasa) kaya, pinter, terpandang, dll. Lha di sini aku ketemu anak seorang dosen dan kebetulan keluarganya cukup kaya, yang memilih setelah lulus sma ikut pelatihan dan kerjanya jadi semacam penjaga malam di asrama. Dia memilih tidak kuliah. Dan ortunya biasa2 aja, sama sekali tidak keberatan karena mereka tahu itu passion anaknya. Dan si anak menikmati banget kerjaannya sehingga dia bekerja dengan sangat baik.

Waaaaaaa...........itu sebagian dari mimpiku. Setiap anak di Indonesia nantinya akan bisa melakukan pekerjaan sesuai passionnya sehingga dia bekerja dengan hati. Tapi.........dengan jaminan bahwa negara menjamin kehidupan setiap warganya. Dan bukan malah memacu rakyat untuk ambisi kaya dengan alasan menaikkan apaan?? Tau deh, rakyat kecil kek aku emang ga ngerti jalan pikiran pejabat. Puanjaaang kalau aku uraikan mimpiku di sini dan pasti akan membosankan!

Pokoke........*dream* Bismillah.......kabulkan ya Allah.......aaamiiiin.......

Gitu ceritaku pagi ini sambil menikmati secangkir jahe anget di suhu yang tdk terlalu dingin untuk winter, 6 dercel. Serti biasa, yang tidak berkenan delet aja, eh........lagi2 kalo terlanjur baca lupakan aja pernah baca. Lupa........*hipnotis style*

Terima kasih yg berkenan baca, mohon maaf jika ada salah kata.

Salam Indonesia jaya di masa depan,

Wassalam,

Jumat, 05 Juli 2013

Anak Indonesia Itu.........

Suatu pagi aku harus menyusuri sisi lain Jakarta karena tugas dari big Bos dalam rangka mengemban amanah, menjalani sebagian peranku, fungsiku sebagai ciptaanNya. Tempat yang belum pernah kukunjungi meski masih di area Jakarta. Haha......baru sekota aja aku sudah merasa sedemikian kecil, apatah lagi dibanding seluruh karya agungNya, aku hanyalah bagian sangat kecil dari sebuah butiran debu.

Melewati sebuah pasar tradisional, hehehe......macet donk, merambat sering berhenti, membuatku tidak menyia2kan kesempatan mengamati keadaan sekitar. Anak2.......lagi2 merekalah yang membuatku terpaku memperhatikan. Ada seorang anak perempuan kecil, mungkin sekitar 2-3 tahun usianya, dengan perawakan yg menurutku menawan gemuk sedang, montok lucu, kulit coklat gelap, terlihat sehat dan gembira, sedang berdiri di antara dua orang perempuan dewasa yang aku tebak sebagai ibu dan neneknya yang berpakaian sederhana sedikit lusuh sedang duduk di depan gelaran dagangan sayuran seadanya di pinggir jalan. Sesekali anak itu menyuapkan makanan minuman ke ibu dan neneknya, lalu mereka bergantian mencium pipi chuby anak lucu itu. Ah....bahagianya mereka. Lalu di tempat lain aku melihat seorang anak lelaki nangkring di gerobag sampah yang ditarik ayahnya, sementara anak laki2 yg lebih kecil duduk persis di belakang ayahnya yang sedang susah payah membuat gerobag penuh sampah itu jalan. Mereka sesekali bercanda ketawa bertiga.......meski di gerobag sampah.

Lalu aku ingat anak2 di bagian lain, anak2 yg diasuh pembantu atau baby sitter, didorong dengan baby stroller atau sepeda kecil yg dilengkapi dorongan oleh para pengasuh yang asyik dengan hpnya atau ngobrol sesama mereka, kalau aku tanya ke mereka jawaban seragam kuperoleh, ayah ibunya ke kantor, berangkat pagi banget dan pulang malam. Sabtu Minggu acara undangan, kerjaan sampingan, atau hang out sesama eksmud teman2 keren mereka. Yang agak lebih besar sibuk dengan gadget di tangannya, atau bergerumbul di warnet bermain game online, atau les kursus sana sini. Pernah aku masuk warnet beginian, duuh.......suaranya berisik banget tapi bukan celoteh merdu kadang ngeselin anak2 yg di sana tetapi berisik suara game yang aku sangat tidak suka. Anak2nya diam.....senyap.....hanya mata mereka terpana, melotot, fokus pada layar2 komputer penuh radiasi. Sedih banget!

Lalu saat liburan seperti sekarang.... begitu banyak anak2 kutemui di airport kala tengah malam berseragam hendak umroh bersama ayah bundanya yang kelihatannya dari keluarga berada. Atau juga banyak ditemui di Singapore oleh adikku kala menemani istri dan anaknya yang memanfaatkan free tiket dari perusahaan airline tempatnya bekerja. Memang sebagian lagi sedang berlibur di 'kampung Inggris' di Kediri yang fenomenal itu, atau di pesantren liburan, atau tempat terkesan intelek lainnya. Tapi aku juga banyak lihat anak2 'berkeliaran' di jalan2, bergerombol di pinggir jalan dan bukan bermain di lapangan atau di halaman rumah seseorang atau di tanah terbuka lain yang gratis serta melakukan permainan kreatif.

Allahu Akbar!! Sedih banget.....anak2 bangsaku, generasi penerusku, berlian2 indahnya bangsa ini, kasihan banget nasib mereka. Mereka terpisah2 terkotak2 oleh kekayaan orangtua mereka. Aku tidak bisa mengerti yang manakah 'anak Indonesia' itu sebenarnya? Ingin aku melihat banyak anak-anak Indonesia seperti yang kulihat di pasar bersama ibunya, yang di pinggir jalan di atas gerobag ayahnya, yang dilimpahi cinta meski mungkin saja tidak dilimpahi harta. Yang diasuh orangtuanya sendiri dengan sepenuh kasih dan cinta. Ingin aku melihat suasana liburan yang heboh dengan teriakan anak2 segala lapisan bermain bersama di ruang bebas, di lapangan, dengan permainan gratis permainan asli bangsa ini. Aku ingin lapangan kompleks perumahan, kampung2, hiruk pikuk ramai suara celoteh teriakan anak2 yang bermain bersama saat liburan, tanpa peduli anak siapa dan seberapa kayanya orangtua mereka. Aku ingin anak2 bersatu padu dalam permainan bocah mereka yang alami yang mengaktifkan seluruh otak otot dan emosi riang mereka, dengan permainan tradisional bangsa yang gratis namun sesungguhnya sangat mengayakan.

Semoga semua itu bisa terealisasi. Dan anak2 Indonesia tumbuh sebagai anak Indonesia, sebagai berlian bangsa, sebagai aset penting, generasi penerus bangsa. #dream

Kamis, 04 Juli 2013

Bahasa Indonesia



Perjalanan sendirian sejak dari Jakarta sebulan lalu membuatku terharu, mengingat si gantengku dulu melakukannya juga. Kebayang ga sih anak usia 18 th pergi sendirian melintasi samodra luas ke tempat yg sama sekali asing, menuju tempatnya menempa diri. Dan itu adalah pertama kalinya dia ke sini, hanya berbekal dokumen dan sedikit info dari kami yg ga ngerti2 amat ttg Jerman. Dan dia bener2 sendirian lho, ga ada teman, hanya org2 yg seperjalanan yg tdk dikenalnya. Berani ya gantengku itu? Uhuk......pujian emak2.

Beruntung, Allah selalu menjaganya. Dia selalu mengirimkan 'malaikat' pengganti untuk menjaga berlianNya itu jika aku sebagai malaikat abadinya tidak bisa menunaikan tugas mengemban amanah secara langsung karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan. Di pesawat dia bersebelahan dg bapak2 yg asli jerman dan beliau sangat baik mengantar berlianku hingga stasiun dan menunggunya naik kereta ke kota tujuannya. Lalu dia hrs mencari sendiri asrama dan sekolahnya hanya berbekal alamat. Blind!! Disambut winter pula di -25 dercel wkt itu.

Uhum.....tp aku bukan mau cerita itu, pasti pd bosen.

Saat rehat, berlianku ngampus, aku ginakan utk jalan lihat2 kota. Maklum, aku kan ndeso..... Di mana2 selama masih public service lumayanlah mereka ngerti bahasa yg kupake. Jd meski kemampuan bahasaku pas2an, masih bisalah komunikasi dg mereka.

Suatu hari aku jalan sendirian, dan aku tertarik dg sebuah buku anak2 serta langsung signal emak2nya nyala, tuing tuing....... Kubelilah itu buku utk princessku. Karena emang itu hanya toko kecil biasa, ternyata penjualnya ga ada yg bisa bhs lain selain bhs setempat. Sudah kucoba berbagai bahasa sini yg aku tahu meski ala kadar, tetep belio ga ngerti kecuali bahasa dia yg notabene aku ga ngarti!

Hm.......kami saling senyum, Alhamdulillah masih menguasai bahasa universal itu......senyum maniiissss..... N lalu karena semua kemampuan bahasaku sdh habis ga da lagi stok dan dia hanya bisa bahasa dia yg kebetulan aku blass ga ngerti, maka dengan ramah aku pake aja Bahasa Indonesia!!  Toh sama aja dia ga ngerti...,., hihihi..... tapi komunikasi tetep lancar, buku jd kubeli, kubayar sesuai harga, dan kututup transaksi dg....."terima kasih banyak ya......." Dan diapun tersenyum dengan jawaban bahasa dia.

Hehehe......hidup Bahasa Indonesia!!!

Salam bahasa senyum,